Warung Bebas

Senin, 24 April 2006

nasi goreng jadi-jadian...

sebuah private message tiba-tiba menyelonong muncul di system tray komputer saya:

ponakan: wik en kemana om?
om: tidur...
ponakan: idih…
om: kok idih?
ponakan: ya idih dong, masak wik-en tidur mulu. ajak nanda sama ibunya jalan-jalan dong
om: wah, mereka kan masih capek abis outing ke cimahi...
ponakan: ah, alesan mulu nih...

alasan atau tidak, nyatanya sabtu dan minggu memang jadi hari tidur buat kami sekeluarga (lebih banyak saya dan ibunya nanda :d. kalau nanda sih lebih senang main tinimbang tidur. “kalau tidur siang malamnya aku suka nggak bisa tidur,” kata nanda). karena kebanyakan tidur makanya jam makan siang dan sore jadinya berantakan.

sehabis subuh kalau libur enaknya memang kembali ke peraduan. bangun-bangun sudah jam delapan atau jam sembilan. yang udah-udah makan pagi yah pukul sepuluh. masih pagi sih ya. makan juga kadang malas-malasan. tapi tetap alias kudu binti mesti makan dong. kecuali memang lagi puasa.

sabtu dan minggu selain ‘hari tidur’ juga adalah hari ayah. masih ingat kan ya? selain eksperimen dengan mi instant, saya juga suka iseng dengan nasi. “yah, bikin nasi goreng dong,” pinta nanda sambil menambahkan, “ayah kan kalo bikin nasi goreng oke loh.” rayuan pulau kelapa nih. mau tak mau daripada tidak makan saya jalan juga ke dapur.

jangan terburu-buru menilai: ayahnya nanda jago masak. simpan saja dulu kekaguman itu yak. nasi goreng ayah ini sebenarnya ‘nasi-nasi-an goreng’ atau 'nasi goreng jadi-jadian', bukan nasi goreng dengan bumbu segala rupa atawa tambahan segala makanan. bahan-bahannya nasi, telur, merica dan garam. hanya itu. kadang ditambah kecap manis kalau nanda mau.

nasgor ini juga hanya keisengan saya saja daripada hanya makan nasi dengan telur goreng. iseng-iseng saya goreng dulu telurnya jadi orak-arik tambahkan garam dan merica secukupnya. saat telur sudah mulai matang saya tambahkan nasi putih. lalu diaduk-aduk merata sampai keduanya bercampur dan matang. siaplah dimakan. enak? kata nanda sih: oke-oke aja kok rasanya. :d

Kamis, 20 April 2006

jangan jatuh cinta...

ngapain aja lu jam segini masih di kantor, mau nyari fulus buat beli berlian sekarung? tanya iseng seorang teman saat menelepon saya (baru pukul duapuluhsatu-an sih :d). belum lagi saya jawab, ia sudah menimpali: cinta kantor amat sih lu. saya hanya bisa ngakak sambil dalam hati misuh-misuh… berapa banyak waktu yang anda habiskan saat bekerja di kantor? delapan, sepuluh atauhingga duabelas jam? pernahkah terpikirkan oleh bapak/ibu/kakak/adik/saudara-saudari sekalian: “ngapain juga sih gua lama-lama-an di tempat kerja?”

cinta berat sama kantor? seorang ceo perusahaan information technology dari india pernah menulis artikel yang berjudul: never falling in love to your company. (loh, kok gitu ya, company kan yang ngasih kita makan.). tulis narayana murthy: apapun alasannya kerja lembur tidak baik bagi yang menjalani maupun untuk orang-orang sekitarnya. selengkapnya dapat dibaca di bawah ini:
"Saya sering menjumpai orang-orang yang bekerja selama 12 jam sehari, 6 hari seminggu, atau lebih. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebut karena diburu-buru oleh deadline, memenuhi target yang telah ditetapkan. Bagi mereka, waktu-waktu panjang yang penuh lembur hanyalah bersifat sewaktu-waktu saja. Ada pula yang menjalani jam-jam panjang dalam hari-hari mereka selama bertahun-tahun: entah karena orang-orang ini merasa telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada pekerjaan, atau bisa juga disebut workaholic.

Apapun alasan yang orang buat untuk bekerja lembur, kondisi tersebut berpengaruh TIDAK BAIK kepada orang yang menjalani maupun orang-orang sekitarnya. Berada dalam kantor selama berjam-jam dalam rentang waktu yang lama, bisa menimbulkan potensi yang cukup besar bagi yang menjalaninya untuk membuat kesalahan. Rekan-rekan saya yang saya kenal sering bekerja lembur, sering membuat kesalahan karena faktor kelelahan. Membetulkan kesalahan-kesalahan ini tentu saja membutuhkan waktu dan tenaga tidak saja dari dirinya sendiri, melainkan orang lain yang secara langsung maupun tidak langsung bekerja bersamanya.

Masalah lain adalah orang-orang yang bekerja pada perusahaan yang menetapkan waktu kerja yang ketat seringkali bukanlah orang-orang yang secara pergaulan menyenangkan. Para karyawan dari perusahaan dengan tipe seperti ini sering mengeluh atau komplain mengenai orang lain (yang tidak bekerja sekeras mereka). Mereka menjadi mudah tersinggung, dan mudah marah. Orang-orang lain menjauhi mereka. Perilaku semacam ini secara organisasi tentunya merupakan masalah besar: hasil besar akan dicapai oleh sebuah organisasi apabila ada jalinan harmonis dalam kerja sama tim antar karyawannya, bukannya bekerja sendiri-sendiri dan saling menjauhi.

Sebagai seorang manajer, saya harus membantu orang lain untuk meninggalkan kantor tepat waktu. Langkah pertama dan terpenting adalah saya lah yang harus memberi contoh dan pulang ke rumah tepat waktu. Saya bekerja dengan seorang manajer yang menyindir orang-orang yang bekerja lembur terlalu lama. Ajakannya menjadi kehilangan makna ketika orang-orang menerima emailnya dan melihat jam email tersebut dikirim ternyata jam 2 pagi. Untuk mengajak orang melakukan suatu hal, langkah terpenting adalah memberi contoh dengan melakukannya sendiri.

Langkah kedua adalah mengajak orang untuk menjalani hidup yang seimbang. Sebagai contoh, berikut ini adalah langkah-langkah yang menurut saya cukup membantu:
1) Bangun pagi, sarapan dengan menu yang baik, lalu berangkat bekerja. 2) Bekerjalah dengan keras dan pintar selama 8 atau 9 jam sehari.
3) Pulanglah ke rumah 4) Baca buku atau komik, menonton film yang lucu, kumpul-kumpul dengan rekan, keluarga, bermain dengan anak-anak, dll. 5) Makan yang sehat dan tidur yang cukup.

Langkah-langkah ini disebut sebagai recreating. Mengerjakan langkah 1, 3, 4, dan 5 akan memungkinkan langkah 2 dilakukan secara efektif dan seimbang.

Bekerja secara normal dan mempertahankan hidup yang seimbang adalah konsep yang sederhana. Langkah-langkah tersebut mungkin akan sulit dilakukan oleh sebagian orang karena orang tersebut akan menganggap perlunya perubahan mendasar yg bersifat personal pada dirinya. Sebenarnya langkah-langkah ini memungkinkan untuk dilakukan oleh setiap orang, karena kita memiliki kekuatan untuk memilih apa yang akan kita lakukan.

(alhamdulillah lega rasanya, selesai juga. panjang banget sih artikelnya). kata narayana murthy: “cintailah pekerjaanmu, tapi jangan pernah jatuh cinta kepada perusahaanmu, karena kamu tidak pernah tahu kapan perusahaanmu berhenti mencintaimu.” setuju? tentu boleh. berbeda pendapat tidak dilarang kok.

Kamis, 13 April 2006

menu murah meriah...

mau makan murah meriah? pilihannya biasanya sih ke warteg alias warung tegal. karena menurut ini warteg adalah usaha gastronomi yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. tapi itu cerita tempo doeloe sudare-sudare sekalian. sekarang makan di warteg dengan menu yang paling sederhana, misal telur dadar, harus merogoh kocek lebih dari lima ribu rupiah.

tapi, beruntunglah saya dan teman-teman sekantor, dengan uang empatribu rupiah (masih) dapat makan siang dengan menu telur dadar + tempe goreng + sayur asem (atau lodeh) + air teh (boleh sampai kembung kalau yang ini) dan plus lalapan – mau yang mentah atau rebus silakan pilih – gratis. ada daun selada, daun kemangi, kol, mentimun, daun singkong rebus serta sambal (tersedia dua pilihan: yang dimasak atau tidak). kalau sayur asem atau lodeh habis, minta saja kuah ikan bandeng pindang atau sop tangkar.

nah, sebenarnya menu favorit warung mpok nana di tebet barat ini adalah sop tangkar. tapi, jangan-jangan coba-coba meminta sop tangkar kalau datang ke situ pada pukul duabelas atau jamnya makan siang. jam segitu sih hanya kebagian kuahnya. kalau ingin merasakan juga nikmatnya sop tangkar kita harus memesannya terlebih dahulu. mau datang langsung bisa, lewat telepon tidak masalah. (namun jangan lewat dari pukul sembilan pagi.) kalau ikan bandeng pindang sebenarnya sih tak perlu memesannya dulu tapi kadang sudah habis juga. kalau kuahnya sih, biasanya, masih ada meski kadang habis juga :d

seenak apa sih rasanya? enak banget? ada teman yang bilang sih gitu. tapi buat saya enak karena saat melewati tenggorokan toh kita tak dapat merasakan apa-apa lagi. apa rahasianya? konon karena
memasaknya masih menggunakan kayu bakar. oh, ya, menu lainnya ya menu standar: ayam goreng, ikan lele, ikan mas, ikan bawal, ikan asin, tempe orek, tahu goreng, mie goreng dan makanan lain. bagaimana soal harga? selain menu murah (banget seperti disebutkan di atas) harga lainnya masih dalam kisaran wajar.

berminat?

Jumat, 07 April 2006

bijak sana... bijak sini...

libur panjang lagi. enak banget ya hidup di indonesia ini. minggu depan karena hari kerja hanya sampai sabtu, praktis masuk kantor tiga hari saja: selasa, rabu dan kamis. tapi ini sih teori belaka. tadi sore, dengan berat hati, bos mengumumkan ada kerjaan yang harus diserahkan ke klien selasa sore. ini artinya pekerjaan itu senin harus selesai. dan, mau tak mau harus ada yang over time di hari sabtu. lembur ya? enak dong kan dapat tambahan. :d

kalau boleh memilih, kalau saja ada pilihan lain, saya yakin (teman-teman sekantor saya) tak ada yang mau kerja ekstra di hari libur. tapi inilah hidup, bagaimanapun kita harus menjalaninya. dan, memilih atau tidak memilih sesuatu berarti kita harus siap menanggung resiko yang mungkin timbul. cerita berikut (kiriman seorang teman, kalau tak salah tulisan anthony de melo dalam bukunya ‘sejenak bijak’) barangkali dapat membuat kita menjadi bijak?
Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak. "Kuda ini bukan kuda bagi saya," katanya: "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat?" Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh," mereka mengejeknya: "Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan."

Orang tua itu menjawab: "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya dikutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?" Orang-orang desa itu protes: "Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."

Orang tua itu berbicara lagi: "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?" Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan membawanya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".

Jawab orang itu: "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu.".

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. "Kamu benar," kata mereka: "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi: "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong." Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. "Kamu benar, orang tua," mereka menangis: "Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya."

Orang tua itu berbicara lagi: "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."
wallahu alam bishawab...

Selasa, 04 April 2006

ayam atau bebek sih...

lebih dulu mana telur atau ayam? dijamin pasti takkan ada habis-habisnya mendiskusikan hal ini. kali ini tak ada salahnya kita ngomongin ayam versus bebek. tapi tak ada hubungannya dengan makanan meski yang dibicarakan adalah ayam dan bebek. cerita yang saya dapat ini konon berasal dari thailand timur laut. ini pun sebenarnya tak terlalu penting. yang mau di’ajar’kan cerita ini adalah ‘ngapain juga sih hal-hal sepele bikin hubungan berantakan’.
Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: "Kuek! Kuek!"

"Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam."

"Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami.

"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.

"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!', bebek itu 'kuek! kuek!' Itu bebek, Sayang," kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.

"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.

"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu adalah bebek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.

"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.

"Itu jelas-jelas bue bek, kamu kamu."

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si istri sudah hampir menangis, "Tapi itu ayam."

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, "Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."

"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

"Kuek! Ku ek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
akhir cerita ini adalah ‘and they lived happily ever after’. ayam atau bebek tak lagi penting. banyak hal yang lebih penting tinimbang mencari siapa yang benar tentang ayam atau bebek itu. kadang kita juga sok yakin bahwa kitalah yang paling benar. ternyata kita salah. wallahu alam bishawab.
 

Ganator Blog's Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger