Warung Bebas

Rabu, 28 Juni 2006

kematian itu indah...

sebuah pesan singkat mampir di hape. isinya berita duka cita. seorang teman meninggal dunia…

kita takkan pernah tahu: bilamana dan dimana kita akan menghembuskan nafas yang terakhir. kita pun takkan pernah tahu apakah akah masuk surga atau menuju neraka. semuanya adalah misteri sang khalik. semuanya sudah diatur oleh-nya. kita takkan pernah dapat mengubahnya. namun yang pasti kita semua akan mati. saya kutipkan sebuah omong-omong tentang kematian:
Ada sebuah perbincangan yang menarik antara seorang ustadz dengan jamaah pengajiannya. Sang Ustadz bertanya kepada jamaahnya “Ibu-Ibu mau masuk surga?” Serempak ibu-ibu menjawab “mauuuu….” Sang ustadz kembali bertanya “Ibu-ibu ingin mati hari ini tidak?”. Tak ada satupun yang menjawab. Rupanya tidak ada satupun yang kepengen mati. Dengan tersenyum ustadz tersebut berkata “Lha gimana mau masuk surga kalo gak mati-mati”.

Ustadz itu meneruskan pertanyaannya “Ibu-ibu mau saya doakan panjang umur?” Dengan semangat ibu-ibu menjawab “mauuu….” Pak Ustadz kembali bertanya “Berapa lama ibu-ibu mau hidup? Seratus tahun? Dua ratus atau bahkan seribu tahun? Orang yang berumur 80 tahun saja sudah kelihatan tergopoh-gopoh apalagi yang berumur ratusan tahun”.

Rupanya pertanyaan tadi tidak selesai sampai disitu. Sang ustadz masih terus bertanya “Ibu-ibu cinta dengan Allah tidak” Jawabannya bisa ditebak. Ibu-ibu serempak menjawab iya. Sang ustadz kemudian berkata “Biasanya kalo orang jatuh cinta, dia selalu rindu untuk berjumpa dengan kekasihnya, Apakah ibu-ibu sudah rindu ingin bertemu Allah?” Hening. Tidak ada yang menjawab.

Kebanyakan dari kita ngeri membicarakan tentang kematian. Jangankan membicarakan, membayangkannya saja kita tidak berani. Jawabannya adalah karena kita tidak siap menghadapi peristiwa setelah kematian. Padahal, siap tidak siap kita pasti akan menjalaninya. Siap tidak siap kematian pasti akan datang menjemput. Daripada selalu berdalih tidak siap lebih baik mulai dari sekarang kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

Persiapan terbaik adalah dengan selalu mengingat mati. Yakinkan pada diri kita bahwa kematian adalah pintu menuju Allah. Kematian adalah jalan menuju tempat yang indah, surga. Dengan selalu mengingat mati kita akan selalu berusaha agar setiap tindakan yang kita lakukan merupakan langkah-langkah menuju surga yang penuh kenikmatan.

Hakekat kehidupan manusia adalah sebuah perjalanan kembali menuju Allah. Dalam perjalanan yang singkat ini ada yang kembali dengan selamat, namun ada yang tersesat di neraka. Kita terlalu disibukkan oleh dunia hingga merasa bahwa dunia inilah kehidupan yang sebenarnya. Kita seakan lupa bahwa hidup ini hanya sekedar mampir untuk mencari bekal pulang. Kemilaunya keindahan dunia membuat kita terlena untuk menapaki jalan pulang.

Rasulullah pernah berkata orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati. Dengan kata lain orang yang paling cerdas adalah orang yang mempunyai visi jauh ke depan. Dengan selalu mengingat visi atau tujuan hidupnya ia akan selalu bergairah melangkah ke depan. Visi seorang muslim tidak hanya dibatasi oleh kehidupan di dunia ini saja namun lebih dari itu, visinya jauh melintasi batas kehidupan di dunia. Visi seorang muslim adalah kembali dan berjumpa dengan Allah. Baginya saat-saat kematian adalah saat-saat yang indah karena sebentar lagi akan berjumpa dengan sang kekasih yang selama ini dirindukan.

Terkadang kita takut mati karena kematian akan memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai. Orang tua, saudara, suami/istri, anak. Ini menandakan kita lebih mencintai mereka ketimbang Allah. Jika kita benar-benar cinta kepada Allah maka kematian ibarat sebuah undangan mesra dari Allah.

Namun begitu kita tidak boleh meminta untuk mati. Mati sia-sia dan tanpa alasan yang jelas justru akan menjauhkan kita dari Allah. Mati bunuh diri adalah wujud keputusasaan atas kasih sayang Allah. Ingin segera mati karena kesulitan dunia menandakan kita ingin lari dari kenyataan hidup. Mati yang baik adalah mati dalam usaha menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Mati dalam usaha mewujudkan cita-cita terbesar yakni perdamaian dan kesejahteraan umat manusia.

Akhirnya orang yang selamat adalah orang yang menyadari bahwa semua harta dan kekuasaan adalah sarana untuk bisa kembali kepada Allah. Jasadnya mungkin bersimbah keluh berkuah keringat, banting tulang menundukkan dunia namun hatinya tetap hanya terpaut pada sang kekasih Allah SWT. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa kerja keras, berfikir cerdas dan berhati ikhlas.

Duhai Pemilik dunia, ajarkan kami untuk menundukkan dunia, bukan kami yang tunduk kepada dunia. Bila kilauan dunia menyilaukan pandangan kami, bila taburan permata dunia mendebarkan hati kami, ingatkan kami ya Allah. Ingatkan bahwa keridhoan-Mu dan kasih sayang-Mu lebih besar dari pada sekedar dunia yang pasti akan kami tinggalkan. Amin.
mati, ternyata tidaklah sekadar mati. wallahu alam bi'shawab.

Selasa, 20 Juni 2006

pelopor? susah ah...

apakah anda mengenal minuman teh? saya yakin, kemungkinan besar jawaban yang diberikan adalah ‘ya’. tapi anda belum tentu tahu, sama seperti saya, bahwa teh botol yang sudah menjadi merek generik (untuk semua teh dalam botol itu) adalah teh pertama di indonesia dan dunia yang dikemas dalam botol. ia adalah sang pelopor.

menjadi pelopor alias pionir pasti lebih sulit daripada menjadi pengekor. butuh waktu bertahun dan biaya yang tidak sedikit untuk mengukuhkan diri menjadi nomor satu atau terdepan. tidaklah mungkin melalui jalan pintas. atau dalam semalam anda mendadak jadi populer. mustahil itu. karena menjadi pionir susah akhirnya yang banyak adalah menjadi pengekor.

contoh paling jelas adalah cobalah tengok sepanjang jalan margonda. awalnya hanya satu pedagang pisang goreng pontianak. para pembeli pun rela antre untuk mendapatkan giliran. tertib, sepertinya, tak ada yang menyerobot. melihat keberhasilan pedagang pertama, lalu muncul pedagang-pedagang serupa. kini, di kiri dan kanan jalan utama di depok itu bertebaran para penjual pisang goreng pontianak. semua yang dijual adalah sama, hanya merek dagangnya yang berbeda.

sebagai pembeli anda tentu senang karena tak perlu lagi berlama-lama antre. tapi para penjual itu tentu tidak sesenang pembeli karena pisangnya tidak selaris saat penjual baru satu atau dua. ketika saya melewati margonda saat pulang ke rumah, saya lebih banyak melihat penjual yang duduk menunggui pisangnya tinimbang melayani pembeli.

kelatahan semacam ini bukanlah baru sekali dua terjadi namun sudah berulangkali. mengapa tidak belajar dari yang lalu? kalau jadi pengekor lebih gampang kenapa mesti jadi pionir. barangkali ini yang jadi patokan. latah, seperti kata kamus besar bahasa indonesia, berarti ‘berlaku seperti orang gila’. tapi apakah mereka berlaku demikian? mungkin ya, mungkin tidak karena investasi untuk berjualan pisang goreng bukan hanya seratus dua ratus rupiah.

Senin, 19 Juni 2006

dikit-dikit jadi bukit...

sedikit demi sedikit jadilah bukit.
kuno lah yah...

“itu sih peribahasa jaman dulu. sekarang sih gak berlaku lagi mas,” ujar teman saya seraya meledek. dalam hati saya bergumam, mungkin jaman sudah demikian berubah sehingga peribahasan pun harus disesuaikan dengan eranya.

lantas mengapa saya masih menggunakan si kuno itu? ceritanya adalah begini. jumat kemarin dalam perjalanan ke kantor saya – seperti biasa menggunakan jasa angkutan umum – kembali menyaksikan seorang pengamen sedang beraksi. selesai lagu yang dinyanyikan ia pun menyodorkan kantong plastik bekas permen kepada para penumpang. saya tidak mendapatkan sodorannya karena (mungkin) ia tahu saya naik belakangan daripada ia.

tidak seperti pengamen lainnya, barangkali juga karena saat itu metro mini agak kosong, ia duduk di kursi di depan saya. ia pun mulai menghitung uang yang didapatnya. logam demi logam rupiah dihitungnya. sampai pada sekeping logam tanpa ragu ia membuangnya. ya, tanpa ragu-ragu ia melempar kepingan uang itu.

antara percaya dan tidak, saya memandang ke arah si pengamen. mata kami bersirobok. nampak ada kilatan pesan menantang: mau apa lu? duit ya duit gua. tapi mata saya tak surut melihat. bukan menantang. saya hanya heran campur kagum. sudah tak berhargakah keping uang logam yang dilemparnya?

memang uang yang dibuangnya hanya seratus rupiah. tapi buat saya ia tetap berharga. karena saat berbelanja di warung harganya masih berbilang ratusan. saya pun selalu menyimpannya bila mendapat kembalian logam seratusan. saat berbelanja saya akan membawanya serta. ibu warungpun dengan senang hati menerimanya.

jaman berubah? si pengamen yang berpandangan moderen? atau ikutan pasar swalayan yang menggantikan uang kembalian dengan permen?

Kamis, 15 Juni 2006

serba seribu, tinggal tarik...

dimana anda dapat membeli barang yang harganya serba seribu rupiah? betul! mereka yang biasa naik-turun metromini pasti tahu bahwa disinilah tempatnya transaksi barang seribuan dapat terjadi. barang-barangnya juga serba kecil. ada, antara lain, jepit rambut, gunting kuku, korek kuping, pen, pinsil, baterai, pinset, amplop serta tissue.

tak ada tawar-menawar. kalau suka silakan tarik. lho? ya memang benar, si penjual akan menarik barang dagangannya yang ditaruh dalam kantung plastik dan digantungkan pada selembar papan atau karton tebal.

iseng-iseng mengisi waktu di perjalanan, saya mengobrol dengan pedagang yang masuk kategori sektor informal ini. sebelumnya ia menjual permen jahe dan asam. tapi beralih ke barang seribuan itu. “harganya udah naek pak,” jawabnya saat ditanyakan soal perpindahan itu. saya hanya ber-oh menanggapinya.

berapa sih modal untuk berniaga seperti itu? kalau anda berminat, hehehe, siapkan saja uang sebanyak duaratus sampai tigaratus ribu rupiah. kalau bisa lebih banyak tentu lebih bagus. (namun jadi sebanyak apa mata dagangan anda yang akan diusung ke kendaraan umum itu?) terus dimana membelinya? “hampir di semua stasiun kereta ada pak,” kata si abang lagi. mudah kan. belanjanya seminggu sekali ya, tanya saya lagi. “bisa dua hari sekali pak. laku sedikit juga udah keliatan bolong-bolong.” hmm, bearti perputaran uang disektor ini besar adanya.

“berapa sih bang kelebihannya,” nanya mulu nih kapan belinya ya? “ya, gak tentu pak, bisa tigapuluh, bisa juga limapuluh ribu.” itu satu hari berdagang. kalau seminggu, sebulan atau setahun silakan hitung sendiri ya :d. namun ada yang lebih dari itu. mereka (para pedagang itu, untuk jalur pasar minggu-manggari ada sekitar enam orang, kata si abang) adalah ujung tombak pemasaran barang-barang yang umumnya dari negeri china itu.

mengapa harganya murah? karena buruhnya diupah murah juga? atau ada faktor lain yang membuat murah? konon kabarnya para pekerja di negeri tirai bambu itu produktivitasnya demikian tinggi sehingga biaya per satuan barang bisa menjadi rendah. bagaimana dengan pekerja di Indonesia?

Rabu, 14 Juni 2006

bola oh bola...

”perhelatan besar yang hanya berlangsung sekali dalam empat tahun kembali digelar. woro-woronya sudah dimulai sejak jauh-jauh hari. demamnya semakin terasa ketika hari-h nya semakin dekat. dan, hari ini, piala dunia 2006 sudah memasuki hari ke-enam. lebih lengkap dan lebih jelas silakan klik situs resmi ini.

bagi yang tak suka sepakbola, akan berucap ini: ‘bola satu kok direbutin 22 orang. dasar gak ada kerjaan.’ namun buat para ‘penggila’ bola inilah momen paling heboh yang tak boleh dilewatkan. bahkan satu pertandinganpun. saya punya cerita asli: sabtu kemarin, lepas magrib, ada rapat pemilihan rt yang digabung dengan arisan ibu-ibu. belum lagi rapat dimulai sudah terdengar permintaan agar rapatnya jangan lama-lama karena pukul delapan inggris melawan paraguay. dan, rapatpun benar-benar berjalan sebentar. sambil makan malam kami menonton beckham menendang-nendang si kulit bundar.

begitu besar pesona para pesohor olahraga kaki itu. mulai anak-anak sampai kakek-kakek menjagokan bintangnya. semua, seakan, takut ketinggalan. takut dibilang gak gaul kalau gak ngomongin bola. nah, ada juga yang bikin cerita seperti ini:
Alkisah, Ochan yang pecandu bola dicurigai suka taruhan dengan uang, untuk pertandingan Piala Dunia kali ini. Mendengar ini, Ustadz di mesjid kompleks tempat ia sering sholat pun menasehatinya.

"Chan, taruhan itu tidak baik. Mendingan uangnya dipake buat amal, nyumbang anak yatim atau mesjid," kata Ustadz.

Ochan membantah keras. "Tidak benar, Ustadz. Itu fitnah. Orang memang suka menjelek-jelekkan saya. Saya tidak suka taruhan dan tidak pernah taruhan sepakbola," ujarnya berapi-api.

"Betul begitu?" tanya Ustadz dengan wajah ragu.

"Apa? Ustadz tidak percaya? Baik, ayo kita bertaruh, bahwa tuduhan itu sesungguhnya tidak benar dan hanya fitnah belaka!" tegas Ochan, masih dengan wajah lugu.
sebulan ini merupakan ‘surga’ bagi para pecandu bola. yang tak suka boleh gigit jari. saya angkat topi tingi-tinggi bagi mereka yang mau mengorbankan segalanya – rela tak tidur, salah satunya –demi (menonton) sepak bola. selamat berjuang, eh, menonton.

Jumat, 09 Juni 2006

hati-hati (di)wawancara(i)...

kalau mau melamar, baik pekerjaan atau calon isteri atau suami, biasanya ada proses wawancara. prosesnya bisa panjang-lebar. bisa lama dan melelahkan. bisa bikin kesal juga. pun bikin marah, dalam hati: ‘ni orang ngerti gak sih yang ditanyain?’:d namun sudah aturannya demikian. mau tak mau. suka tak suka harus dilakoni.

nah, kemarin saya mendapat kiriman e-mail seperti saya kutipkan di bawah ini. para pembaca yang budiman dan budiwati boleh berperan sebagai pewawancara atau terwawancara (benarkah istilah ini?).
T : Kowe nduwe omah opo ora.....? kamu sudah punya rumah atau belum?
J : dereng.... belum.....
T : Wah kowe ora iso ketompo nang kene wah..kamu ndak bisa ketrima di sini
J : Lho kok ngaten........? lho kok begitu...???
T : Mengko kowe mesthi ngajukne utang nang perusahaan. Nanti kamu pasti ngajuin utang ke perusahaan...
J : Ah.. mboten kok, Sak janipun tiyang sepuh kulo niku sampun sugih. ah...ndak kok, sebenernya orang tua saya sudah kaya raya....
T : Yo malah ora ketompo .....ooo malah ndak ketrima...
J : Lho kok ngaten.....? lho kok begitu....?
T : Mengko kowe kerjo mung nggo hiburan, nongkrang nongkrong ae. Nanti kamu kerja cuman buat hiburan, cuman nongkrang-nongkrok thok... #@*!

T : Kowé seneng guyon opo ora ? Kamu suka becanda nggak?
J : Mboten pak, kulo serius nék nyambut gawé. Tidak, Pak. Saya serius kalo kerja.
T: Ra ketompo..... Tidak diterima....
J : waa......kok ngoten? waa....kok gitu?
T : Engko konco koncomu lan anak buahmu podho stress. Nanti temen-temenmu dan anak buahmu pada stress..
J : Sak jané nggih sekedhik sekedhik seneng guyon. Sebenernya ya, sedikit-sedikit suka becanda....
T: Malah ora ketompo. Malah ndak diterima....
J : Lho kok...... lho kok..??
T: Engko kowé mung email emailan sing lucu....... Nanti kamu cuman e-mail-emailan yang lucu...
sebenarnya masih ada wawancara yang lain namun karena keterbasan tempat (alasan klise ya) tak semuanya saya posting. lagipula saya takut kena claim karena setelah membaca ini semua pembaca hanya tertawa-tawa saja. tapi, jangan-jangan, kejadian ini benar-benar ada, semisal di acara lawakan atau malah di kantor-kantor? doa saya, semoga yang akan diwawancarai dan mewawancarai tidak melakukan seperti kutipan di atas.

Rabu, 07 Juni 2006

ganti kulit, ah...

ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. kayaknya semua orang pernah melihatnya. salah satu ciri khas fauna yang ini adalah mlungsungi atau berganti kulit sekitar 35-40 hari sekali. lantas apa hubungannya dengan ‘dibuang sayang…’? tidak ada sih. :d

sebenarnya istilah ‘ganti kulit’ saya pinjam untuk menerangkan berubahnya template ‘dibuang sayang…’. awalnya sih, cita-citanya mah, pengin membuat template sendiri. tutorial demi tutorial yang bertebaran di internet dibaca satu persatu namun rasanya belum pas juga. atau dengan kata lain, saat di preview jadinya malah error di sana dan sini.

sudahlah daripada berkutat terus dengan html dan css, sementara saya mengalah dulu dan blogwalking mencari template tak berbayar. klik sana, klik sini bertemu dengan yang ini. keren-keren templatenya dan saya ambil satu untuk mengganti template lama.

setelah di’acak-acak’ jadilah dia dan dengan suka cita, tadinya, saya mau membanggakan template pilihan itu. tapi apa hendak dikata, kebanggaan itu cuma berbilang jam. saat saya tengok ‘dibuang sayang…’ malah hancur lebur tata letaknya. sedih juga.

alhasil kembalilah saya ke desain baku di blogger, pilihan jatuh ke minima yang didesain douglas bowman dari stopdesign. setelah saya ubah sesuai selera jadilah seperti sekarang ini. minimalis? memang disengaja agar cepat saat dibuka.
 

Ganator Blog's Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger