Warung Bebas

Senin, 12 November 2007

jangan (coba-coba) tidur di angkutan umum...

kemarin malam menjelang pagi berarti sudah hari senin, saya berpulang ke rumah harus bertaksi. masuk taksi saya sudah berancang-ancang ingin memicingkan mata. lumayanlah jarak tebet-depok 'kan dapat ditempuh dalam waktu hampir satu jam. saya juga sudah menyiapkan earphone untuk lebih menidurkan diri sekaligus sebagai penolak ajakan pak supir mengobrol. seperti biasa, pak supir berbasa-basi menanyakan arah. saya pun ikut berbasa-basi. dan, saya berpikir cukuplah berhenti di situ.

ternyata oh ternyata. pak supir meneruskan obrolan. sekali saya masih menyahuti. tapi, tangan udah mulai kasak-kusuk memasang earphone. eh, tak berhenti bicara dia. padahal mata sudah semakin sepet. ia bercerita
atau mengeluh? betapa lebih enak menjadi supir taksi pada masa presiden sebelum ini. bayangkan pak, katanya, duh, saya yang sudah semakin kedinginan dan membuat kantung tidur di mata, masih diminta membayangkan urusan ekonomi yang jelas-jelas bukan bidang saya.

lalu tanpa diminta dua kali, pak supir meneruskan khotbahnya. saya tidak bilang bahwa pemerintahan sekarang lebih jelek dari sebelumnya pak, ujarnya. tapi, sejak kenaikan be-be-em itu makin habislah penghasilan saya, imbuhnya. saya hanya mengiyakan tidak menolak atau menerima, tapinya. alhasil, sampai dekat rumah si bapak terus mengajak berdiskusi. selamatlah saya dari kantuk.

tadi pagi saat berangkat matapun masih terasa berat. enaknya kembali menidurkan diri untuk kurang lebih dua jam perjalanan, saya membatin. namun harapan tinggalah harapan. manusia memang boleh berencana sesuka hati, tapi keadaan di jalanlah yang menentukan. sang supir angkot barangkali pensiunan supir bajaj. bawa mobilnya kotor, meminjam istilah tetangga sebelah. bukan hanya itu, ia pun tak sungkan untuk meneriaki seorang anak sekolah yang kurang membayar limaratus rupiah. masih nekad tidur dalam keadaan seperti itu? silakan saja.

bagi saya supir taksi yang mengantuk tapi kalau ditanya jawabnya: tidak, lebih baik seperti supir taksi kemarin. karena ia tetap terjaga. artinya keselamatan lebih terjamin, insya allah. namun kadang suasananya tidak selalu pas. adakalanya saya sengaja mengajak bicara karena memperhatikan si supir menyetir bagai orang mabuk. atau seperti supir angkot itu yang mengemudi seenak hati dan tidak ada sopan-sopannya.

ah, barangkali saya berharap terlalu banyak ya. ah, barangkali saya harus berempati lebih, lebih dan lebih lagi. mencoba berpikir, bersikap dan bertindak bagai sang supir taksi atau angkot. ah, bisakah saya?

0 komentar em “jangan (coba-coba) tidur di angkutan umum...”

Posting Komentar

 

Ganator Blog's Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger