Warung Bebas

Jumat, 16 Maret 2012

naik-naik ke pohon...

siswa-siswa ini kok tidak belajar. lagi jam istirahat kok makanya mereka bermain-main di luar. kebetulan di halaman ada pohon cherry. tiga anak kelas 3 sd di depok inipun seakan berlomba memanjat pohon cherry untuk memetik buahnya. berbahaya? tentu saja. kalau sudah tahu begitu kok malah dilakukan. mengapa mereka tidak main di halaman sekolah?

ternyata, sekolah murid-murid ini sedang direnovasi. untuk sementara siswa-siswi kelas 1 sampai kelas 3 dipindahkan ke sebuah gedung yang difungsikan sebagai sekolah. jadi, janganlah heran kalau bangunan itu tidak mempunyai tempat bermain. sebagai gantinya mereka panjat-memanjat pohon. sementara mereka yang duduk di kelas 4 sampai kelas 6 dititipkan di sebuah SD negeri terdekat.

sejatinya mereka sudah dapat menempati gedung yang baru, tapi -- menurut rumor -- akibat ulah oknum pemborong yang memboyong dana pembangunan untuk dirinya sendiri, renovasipun terhenti. pihak sekolah angkat tangan dan menyerahkan kepada para orang tua bila ingin berunjuk rasa. lepas tangan? entahlah. yang pasti suasana belajar tidaklah senyaman di sekolah yang sebenarnya. bayangkan juga siswa-siswi kelas 6 yang akan ujian nasional. dan, perpindahan sementara ini juga membebani para orang tua karena mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi...

Senin, 12 Maret 2012

bumi subur, laut kaya, otak padang pasir...

kita berdiri di bumi subur, dan laut kaya, tapi otak kita di padang pasir... beberapa kali, gerson poyk menyebutkan kalimat itu. apa artinya? kita terasing di negeri sendiri!

kenalkah anda dengan nama itu? coba tanyakan pada putera-puteri, teman anda atau diri anda sendiri. barangkali ada yang mengetahuinya. atau, jangan-jangan lebih banyak yang tidak mengenalnya. tidaklah heran bila demikian adanya. sekarang memang bukan eranya gerson poyk mirip nama ceko atau swedia?:D dulu sayapun berpikir beliau adalah penulis bule lagi. boleh jadi di mancanegara nama gerson poyk lebih berkibar.

siapakah gerson poyk yang merupakan salah satu pencetus 'manikebu'? ia dilahirkan di pulau rote, nusa tenggara timur, 16 Juni 1931, tidak jauh dari mercusuar kecil dekat pelabuhan. pernah mengabdi sebagai guru kemudian ia beralih menjadi wartawan sinar harapan 1963-1970. selepas menjalani karir sebagai wartawan, poyk menjadi penulis full time hingga kini. sampai sekarang? ya, sampai sekarang, buku terakhirnya adalah 'keliling indonesia, dari era bung karno sampai sby'. selain itu, poyk adalah peserta angkatan pertama dari Indonesia pada international writing program di iowa university, amerika serikat. hadiah adinegoro didapatnya dua kali pada 1985 dan 1986, dan sea write award diperoleh 1989.

sabtu kemarin, di tengah siraman hujan gerimis yang berangsur mengecil dan membesar lagi, saya beserta istri berkesempatan bertemu dengan gerson. sejatinya rumahnya mudah ditemukan tapi karena catatan alamat ketinggalan, jadilah kami bagaikan orang asing di tanah depok. jalan rumah gerson yang seharusnya bernama haji miun, kami tanyakan jadi haji muin. ada yang memberitahukan, alhamdulillah, dan semakin mendekati lokasi. bahkan, rumahnya sempat kami lewati. ketika kami bertanya dengan seorang bapak: oh pak gerson, itu rumahnya udah kelewatan.

sederhana. inilah kesan pertama ketika melihat rumah penerima penghargaan 'life time award' dari kompas. di sudut kanan halaman (bagai tak terurus) terserak bambu kuning yang baru ditebang. "saya tebang karena tumbuhnya merusak tembok tetangga," ujar gerson. sebuah meja dari akar pohon menjadi penghias utama yang ditemani kursi tamu a la kadarnya.

ruang tamunya juga sangat sederhana. sofa yang sudah lama belum berganti baju serta meja kayu menemani kami berbincang-bincang. "maaf ya saya sambil merokok," katanya mengawali pembicaraan sambil menyalakan rokok kreteknya. opa berusia 81 tahun ini kelihatannya perokok berat. habis satu batang, jeda sebentar disambung lagi dengan batang rokok yang baru. meski, kelihatannya, pendengarannya agak terganggu pembicaraan kami berjalan dengan lancar.

apa kegiatan gerson sehari-hari? "saya baru menulis tiga cerita pendek untuk mengasapi dapur," katanya sambil tersenyum. sampai sekarang ia memang masih selalu menulis dengan laptop. ia juga sedang merampungkan sebuah esei mengenai terorisme. selain menulis, gerson juga aktif berkebun. penyakit asam urat tidak mengurangi kegiatan berkebunnya. biasanya ia bersepeda menuju kebunnya yang disebutkan dekat sebuah situ di daerah raden saleh, depok. sayang karena hujan kami tak sempat bertandang ke kebunnya. "sekarang sedang panen pepaya california," ujarnya lagi. tak terasa hampir dua jam kami habiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan penulis yang kondang di jamannya ini. oh, ya, gerson poyk kini juga mengelola yayasan trimedia yang menyelenggarakan sanggar creative writing dan jurnalistik serta menerbitkan karya-karya sastra.

adakah yang berminat menimba ilmu dari gerson? jangan ragu, kelihatan ia tak pelit untuk berbagi ilmu. mau menulis cerpen atau membuat puisi 'yang lahir dari hati', mengapa tidak berguru kepada sastrawan yang seangkatan dengan satyagraha hoerip ini.

Minggu, 11 Maret 2012

Bonek


Bondo Nekat. Itu julukan yang melekat di benak masyarakat. Ya! Sekelompok suporter salah satu klub sepakbola ternama yang berkostum utama hijau-hijau itu memang sudah sangat terkenal ke seluruh negeri.

Asal-muasal nama bonek itu adalah karena mereka memang benar-benar bondo nekat alias bermodal nekat saja. Berangkat ke stadion tanpa harus merogoh kocek, tanpa harus membayar tiket, yang penting masuk terus mendukung tim kesayangan yang tak lain tak bukan adalah tim bajul ijo.

Dimanapun tim bajul ijo bertanding mereka dengan sukarela dan memang bondo nekat saja untuk harus hadir di sisi lapangan, apapun dan bagaimanapun caranya! Semangat mereka patut diacungi jempol untuk setia dan selalu menonton dan mendukung tim kebanggaan.

Angkernya nama bonek menjadi tameng rasa percaya diri berlebih bagi pemuda-pemuda yang ingin menyalurkan hasrat mendukung tim kebanggaan. Apapun akan mereka lakukan demi melihat tim kebanggaan mereka bertanding.

Bangganya bukan main kalau mereka bisa berangkat dengan menumpang kendaraan bak terbuka yang mereka hadang di tengah jalan. Berkostum hijau-hijau dan beratribut tim sepakbola yang logonya terpampang di dada mereka. Keinginan mereka linier dengan julukan mereka, selalu ingin gratis, gak mbondo! Masuk stadion tanpa bayar. Keren bagi mereka, pengalaman yang mengasyikkan.

Di sisi lain, bagi warga masyarakat yang melihat tindak-tanduk para bonek jarang menemui satu hal yang sama. Masyarakat kebanyakan tidak suka dengan para bonek yang identik dengan kekerasan... Masyarakat terlanjur antipati.

Gesekan sedikit saja bisa menciptakan gejolak luar biasa. Tawuran, penjarahan dan perkelahian massal tidak jarang menjadi headline berita saat tim bajul ijo bertanding. Sudah nggak kaget lagi.

Rasanya trenyuh dan prihatin melihat beberapa orang bonek harus tewas dalam rangka mendukung tim yang seharusnya mereka dukung dengan penuh sportivitas dan kesantunan.

Kapan bonek menjadi santun?

NB: Tapi nggak semua bonek seperti itu. Hanya oknum kok..... Tapi oknumnya banyak.
 

Ganator Blog's Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger