anda pasti mengira sambungan kata-kata judul itu adalah '...sesat di jalan'. terkaan anda benar adanya. nah, kalau diteruskan 'banyak bertanya...'? terusannya ada '...malu-malu-in'. jelas itu versi ngawur. tapi, bertanya tidaklah selamanya membuat anda jadi mengerti dan mendapatkan jawaban seutuhnya. seperti apa yang saya alami kemarin.
sebagai pelanggan yang baikdan benar, saya tentu berusaha tepat waktu untuk membayar biaya langganan. hanya saja yang rada ribet untuk pembayaran pertama kali, pelanggan harus datang langsung ke kantor pelayanan. belum bisa lewat anjungan tunai mandiri. mau tak mau, kecuali ingin diputus koneksinya, saya (diwakili istri) datang ke kantor telekom depok. pembayaran pertama beres. tidak menyisakan masalah.
pembayaran ke-dua sebenarnya bisa dilakukan lewat atm. namun karena ketidakjelasan informasi dari 147 (support satu bilang bisa di bank x, support lain bilang hanya bisa di bank y)saya memilih ke kantor pelayanan. umumnya kantor di depan ada sekuriti. bertanyalah saya pada dua petugas. 'pembayaran ke berapa pak?' tanyanya. ke-dua jawab saya. 'oh, di sebelah kanan,' sambungnya. saya ngeloyor ke kanan.
ambil tiket antrean. duduk sebentar sudah dipanggil. dalam hati, wah, gak perlu lama-lama dan bisa cepet-cepet ke kantor. tapi, jangan senang dulu deh. si petugas kok malah bertanya bapak mau bayar spidi ya. yah, iyahlah, wong kertas bertuliskan nomor yang saya kasihkan kepadanya 12 digit kan nomor pelanggan spidi. eh, dia malahan pergi. ngecek ke komputer lain. kembali ke tempatnya dan jawabannya: datanya tidak ada pak, ke sebelah saja. oh, gitu.
gantian saya yang ngeloyor ke sebelah. ambil tiket dan ditanya lagi dengan pertanyaan yang serupa diajukan pak satpam. saya bilang ke-dua. anak smu yang lagi magang itu ngeyel: ke-dua di sebelah pak (tempat saya pertama sambangi). saya bilang: di sana datanya tidak ada. barulah saya dikasih tiket. antrean tidak banyak juga. tapi, kok ada yang menyerobot. ah, biarin deh.
sampai giliran saya. aduh cape deh, pertanyaan serupa diulang lagi. setelah dijelaskan, sang petugas yangseperti rasa gula ini mengetik-ngetik kibornya dan lagi saya ditinggalkan. 'sebentar saya cek datanya pak.' tak lama ia kembali dan 'bapak tidak perlu bayar, karena datanya tidak ada.' weits, seneng dong bercampur bingung. tapi gimana dong mbak. 'bapak tidak akan kena denda karena datanya tidak ada. dan bapak sudah lapor.' buktinya apa kalau saya sudah lapor? ah, si mbak lalu membuatkan laporan seperti di samping.
mudah-mudahan saja sampai bulan depan tidak ada pemutusan atau tagihan susulan dari telkom yang bikin repot.
sebagai pelanggan yang baik
pembayaran ke-dua sebenarnya bisa dilakukan lewat atm. namun karena ketidakjelasan informasi dari 147 (support satu bilang bisa di bank x, support lain bilang hanya bisa di bank y)saya memilih ke kantor pelayanan. umumnya kantor di depan ada sekuriti. bertanyalah saya pada dua petugas. 'pembayaran ke berapa pak?' tanyanya. ke-dua jawab saya. 'oh, di sebelah kanan,' sambungnya. saya ngeloyor ke kanan.
ambil tiket antrean. duduk sebentar sudah dipanggil. dalam hati, wah, gak perlu lama-lama dan bisa cepet-cepet ke kantor. tapi, jangan senang dulu deh. si petugas kok malah bertanya bapak mau bayar spidi ya. yah, iyahlah, wong kertas bertuliskan nomor yang saya kasihkan kepadanya 12 digit kan nomor pelanggan spidi. eh, dia malahan pergi. ngecek ke komputer lain. kembali ke tempatnya dan jawabannya: datanya tidak ada pak, ke sebelah saja. oh, gitu.
gantian saya yang ngeloyor ke sebelah. ambil tiket dan ditanya lagi dengan pertanyaan yang serupa diajukan pak satpam. saya bilang ke-dua. anak smu yang lagi magang itu ngeyel: ke-dua di sebelah pak (tempat saya pertama sambangi). saya bilang: di sana datanya tidak ada. barulah saya dikasih tiket. antrean tidak banyak juga. tapi, kok ada yang menyerobot. ah, biarin deh.
sampai giliran saya. aduh cape deh, pertanyaan serupa diulang lagi. setelah dijelaskan, sang petugas yang
mudah-mudahan saja sampai bulan depan tidak ada pemutusan atau tagihan susulan dari telkom yang bikin repot.