”bu minta lagi dong jeruknya,” kata nanda
“habis mas,” jawab sang ibu
“ya habis. beli lagi dong,” rengek nanda.
“kalo mau jeruk lagi ke rumah oma pasti banyak jeruk,” kata ibunya lagi
memang betul. di rumah omanya nanda banyak jeruk lokam (atau mandarin? yang dibungkus dengan kantung plastik berwarna merah. ukurannya tidak terlalu besar. tapi manis.) ini memang salah satu sajian yang dihidangkan pada chinese new year atau tahun baru imlek atau sin chia (secara hokkien) atau chun jie (secara mandarin) yang di tiongkok imlek sebenarnya merupakan perayaan musim semi.
selain jeruk ada juga buah atep (lebih dikenal dengan nama kolang-kaling) dan agar-agar. konon buah atep ini dimaksudkan (sebagai perlambang) agar hatinya tetap (istiqomah, kali yak?) dan agar-agar sebagai perlambang biar tetap segar (evergreen?). ada juga manisan buah yang dikeringkan seperti papaya. kalau kue ada yang disebut kue satu yang rasanya manis. last but not least, kue keranjang yang bisa bertahan hingga dua-tiga bulan. (yang enak yang dibungkus dengan daun pisang tinimbang yang dibungkus plastik.)
bagi mereka yang beragama budha atau konghucu, imlek dirayakan dengan segala ‘ubo rampe’nya. ada ritual sembahyangan untuk leluhur dengan duabelas macam masakan dan duabelas macam kue yang melambangkan duabelas shio. dapat dibayangkan panjangnya meja tempat menaruh semuanya itu. ‘meriah’ sekali ya.
satu lagi, waktu kecil karena tinggal di daerah pecinan saya sempat menonton barongsai. para pemainnya yang tergabung dalam sebuah rombongan seperti mengamen dari rumah ke rumah. mirip tanjidor. selesai memperagakan kebolehannya, tuan rumah yang mendapat kunjungan akan memberikan angpao. dan, ngomong-ngomong soal angpao inilah yang paling ditunggu-tunggu anak-anak ketika berkunjung ke rumah sanak famili.
selamat hari raya imlek bagi mereka yang merayakan.
Senin, 30 Januari 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)