"mas udah tahu blom mas," sergap seorang teman saat saya memasuki kantor tadi pagi. ibarat orang yang baru bangun tidur karuan saja saya bingung dan bengong dengan pertanyaan itu. "ya blom tahu. lagian kamu tuh mau nanya atau masih ngasih tahu," jawab saya. "itu loh, mas fulan tabrakan. tangannya patah. jempolnya robek sepotong. ditabrak tukang kerupuk," sambung teman saya.
ditabrak atau menabrak jadi tidak jelas. tapi saya ingat cerita seorang uztad:
kata pak uztad lagi: inilah yang disebut dengan ketentuan allah swt. tak seorangpun dapat menghindari ini. sesiap apapun kita. serapi apapun persiapan itu manakala campur tangan allah sampai, kita pun sampai pada 'point of no return'. si tukang kerupuk, kalau benar ia yang ditabrak, sejak berangkat meninggalkan rumah pasti tak berniat akan ditabrak. niatnya yang pasti adalah menjual dagangannya. sementara buat sang penabarak inilah takdir. sesuatu yang seharusnya dapat ia hindarkan. boleh jadi ia lelah atau mengantuk atau tidak konsentrasi memikirkan cicilan motor, misalnya.
jadi, manakala menemui suatu kejadian, pesan pak uztad, janganlah langsung memvonis itu adalah ketentuan allah swt atau itu mah takdir. (oh, ya, kabar terakhir mas fulan sudah menuju cimande untuk mengobati patah tulangnya. akan halnya siapa menabrak siapa masih belum jelas)
ditabrak atau menabrak jadi tidak jelas. tapi saya ingat cerita seorang uztad:
seorang bapak ingin mengganti genting rumahnya yang pecah. si bapak pun menyiapkan segala sesuatunya. genting pengganti dan tangga siap. saat menaiki tangga, di bawah dua orang memegangi tangga agar ia tak jatuh. dengan hati-hati ia meniti anak tangga. sampai di atas ia tetap waspada. namun apa hendak dikata, ia tergelincir dan jatuh ke sisi samping rumahnya. pada saat yang bersamaan seorang bapak yang menggandeng anaknya yang kecil lewat. si bapak yang tergelincir jatuh menimpa anak kecil itu. anak itu pun patah tangannya.pak uztad pun melanjutkan kisahnya: tak pernah terbersit setitikpun di benak si bapak untuk jatuh menimpa anak kecil itu. ia malah ingin menghindarkan kecelakaan dengan menyiapkan semua dengan seksama. bapak si anakpun pasti tak berniat untuk membuat anaknya celaka.
kata pak uztad lagi: inilah yang disebut dengan ketentuan allah swt. tak seorangpun dapat menghindari ini. sesiap apapun kita. serapi apapun persiapan itu manakala campur tangan allah sampai, kita pun sampai pada 'point of no return'. si tukang kerupuk, kalau benar ia yang ditabrak, sejak berangkat meninggalkan rumah pasti tak berniat akan ditabrak. niatnya yang pasti adalah menjual dagangannya. sementara buat sang penabarak inilah takdir. sesuatu yang seharusnya dapat ia hindarkan. boleh jadi ia lelah atau mengantuk atau tidak konsentrasi memikirkan cicilan motor, misalnya.
jadi, manakala menemui suatu kejadian, pesan pak uztad, janganlah langsung memvonis itu adalah ketentuan allah swt atau itu mah takdir. (oh, ya, kabar terakhir mas fulan sudah menuju cimande untuk mengobati patah tulangnya. akan halnya siapa menabrak siapa masih belum jelas)