waktu saya seusia sd, salah seorang kakak saya mempunyai mimis atau senapan angin. suatu saat ia ingin memperlihatkan kemahirannya menembak tikus. ia pun bersiap-siap di samping rumah. bidikan diarahkan. dan, yang terjadi adalah bukan kepala tikus yang kena tapi kepala tukang pi-oh. alih-alih mau pamer keterampilan yang ada ia harus mengganti dagangan si tukang dan membiayai pengobatannya.
itu baru mimis. bagaimana dengan pistol atau senjata api sungguhan? akibatnya lebih parah lagi kalau tidak hati-hati. benda-benda seperti itu bagaikan uang logam bermuka dua. bukan hanya keterampilan menggunakannya yang dibutuhkan saat berhadapan dengan itu tapi sikap mental juga diperlukan. trampil memakai tapi nafsu-an atau sok-sok-an jelas merugikan (orang lain dan/atau diri sendiri). dan, semakin parah kalau tak mampu digabung dengan belagu.
entahlah, kalau memegang senjata bawaanya jadi panas ya. barangkali karena itu juga pelurunya disebut timah panas (?). entah juga karena itu lantas ada anak buah yang malah menyalahgunakan senjatanya. atau yang satu ini, dicelakakan oleh senjatanya.
kata tetangga sebelah: maen ketapel aja elo kudu latian dulu. apalagi megang yang kayak gitu.
itu baru mimis. bagaimana dengan pistol atau senjata api sungguhan? akibatnya lebih parah lagi kalau tidak hati-hati. benda-benda seperti itu bagaikan uang logam bermuka dua. bukan hanya keterampilan menggunakannya yang dibutuhkan saat berhadapan dengan itu tapi sikap mental juga diperlukan. trampil memakai tapi nafsu-an atau sok-sok-an jelas merugikan (orang lain dan/atau diri sendiri). dan, semakin parah kalau tak mampu digabung dengan belagu.
entahlah, kalau memegang senjata bawaanya jadi panas ya. barangkali karena itu juga pelurunya disebut timah panas (?). entah juga karena itu lantas ada anak buah yang malah menyalahgunakan senjatanya. atau yang satu ini, dicelakakan oleh senjatanya.
kata tetangga sebelah: maen ketapel aja elo kudu latian dulu. apalagi megang yang kayak gitu.