Dari rakyat kembali ke rakyat. Ya itulah yang terjadi pada mobil satpol PP dan polisi yang dibakar massa (baca:rakyat) pada kisruh penggusuran sebuah lahan yang berlokasi di Koja, Jakarta Utara. Mobil yang digunakan untuk mengangkut ratusan satuan polisi pamong praja tersebut memang dibeli lewat uang pajak rakyat, dan kini kembali ke rakyat dalam bentuk besi kiloan.... Hmm.....
Peristiwa pembakaran mobil polisi dan satpol pp ini merupakan ekspresi kekecewaan rakyat Koja, khususnya mereka yang mengakui memiliki lahan yang disengketakan antara ahli waris dengan PT Pelindo. Rencananya sebagian dari lahan tersebut akan dijadikan area perluasan pelabuhan.
Di lahan tersebut terdapat sebuah makam yang dikeramatkan warga yakni makam Mbah Priok.... Siapa sejatinya mbah Priok sudah banyak diulas di media cetak dan media elektronik, intinya adalah beliau merupakan salah seorang yang menurut legenda setempat menjadi penyebar agama Islam di kawasan tersebut.
Masih menurut mitos dan legenda bahwa nama Tanjung Priok itu berasal dari nama beliau. Hmmm.. Walaupun demikian masih banyak mitos lain yang menjelaskan asal muasal nama Priok.... Kalau masalah ini biarlah sejarawan yang membuktikannya nanti.
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa mengenaskan tersebut yakni kita semua dituntut untuk lebih arif dan sabar dalam menyikapi sebuah masalah. Sebuah win-win solution diharapkan menjadi jalan tengah penengah kisruh. Selain itu situs dan cagar budaya Islami tetap ada dan sumber daya ekonomi di pelabuhan tetap berjalan dengan baik.
Semoga semua sisi baik dari kesepakatan bisa dinikmati dan kembali ke rakyat.... Bisa dinikmati rakyat.....