angkot. sarana angkutan yang gak murah meriah lagi. namun dari sini banyak cerita bisa diangkat. ada sopir yang seenak hati mengemudi. ada banyak penumpang yang menganggap angkot sebagai tong sampah. ada yang asyik ngobrol tanpa hirau penumpang sebelah. ada yang sepanjang jalan bertelepongenggamria. ada yang kesal karena macet. ada juga yang merasa angkot adalah milik mereka berdua. nah, minggu kemarin saya sempat ikut mendengar percakapan dua ibu:
seorang guru pernah bercerita kepada saya. bahwa guru vak, alias guru untuk mata pelajaran tertentu, seperti olahraga atau kesenian, penghasilannya lebih rendah daripada guru yang memegang kelas atau wali kelas. jangan-jangan si bapak fulan itu guru vak.
tapi apa boleh guru begitu? ah, cape deh.
++ waduh jeng, kesel sekali saya (wajah pengin marah)dan, percakapan terhenti karena kedua ibu itu turun. seturunnya mereka, gantian saya yang berpikir. kok ya ada guru yang seperti itu. kok ya tega-teganya si guru fulan berbuat sesuka hati. kok ya mentang-mentang menjadi penguasa kelas bisa berbuat semaunya. ah, mungkin, si guru lagi kesal di rumah, kata teman saya waktu saya cerita kejadian di atas. duh, kalau saja semua guru di sekolah lagi kesal, tak terbayangkan berapa murid yang terkena jambakan. (meski, belum tentu ini terjadi. dan, jangan sampai terjadi.)
== kenapa mbak? (wajahsok?serius)
++ itu kemarin, anak saya pulang dari sekolah marah-marah dan kesal
== loh, berkelahi dengan temannnya?
++ kalau berkelahi biarlah, namanya juga anak laki-laki (loh, bu?)
== tertawa tertahan...
++ kemarin kan anak saya lagi tes matematika. lagi enak-enaknya dia ngerjain soal, eh, tahu-tahu masuklah pak guru fulan yang tanpa ba-bi-bu lagi menjambak rambut anak saya.
== loh, kan anak ibu rambutnya sudah pendek waktu saya lihat...
++ itulah jeng, saya juga bingung, ukuran rambut pendek itu seberapa
== kasihan sekali anak ibu. lantas ulangannya bagaimana bu?
++ alhamdulillah, dia bisa menyelesaikan semuanya...
== oh, syukurlah...
++ yang saya gak habis pikir, anak yang sedang ulangan kok ya dirazia rambutnya.
== iya ya mbak, apa tidak bisa menunggu sampai selesai ulangan.
seorang guru pernah bercerita kepada saya. bahwa guru vak, alias guru untuk mata pelajaran tertentu, seperti olahraga atau kesenian, penghasilannya lebih rendah daripada guru yang memegang kelas atau wali kelas. jangan-jangan si bapak fulan itu guru vak.
tapi apa boleh guru begitu? ah, cape deh.