kue rangi... kue rangi... teriak si bapak. ini dia camilan masa kecil saya. saat saya lagi nggak kepengin si bapak lewat. atau lewatnya diatas pukul lima sore. lah, jam segini sih udah siap-siap makan malam. dan, sebaliknya saat kepengin (banget) malahan gak lewat. atau lewatnya di hari kerja saat saya di kantor.
sejatinya sih makanan kecil ini tidaklah enak-enak amat tapi teteup aja ngangenin. kue rangi berbahan dasar kelapa muda, sagu tani, air dan garam. jangan lupa buat saus (kalau kue pancong pakainya gula pasir) mencampur-aduk-an gula merah, air serta kalo pake irisan nangka matang lebih asyik lagi. tapi jaranglah yang memakai nangka. selain bikin tambah biaya bisa-bisa bikin cepat basi si saus.
meski nampak kering karena memakai bahan dasar yang tanpa pengawet, kue rangi memang rentan basi. kalau dalam satu hari jualan si bapak tidak habis ya artinya dia harus membuang semua bahan itu. 'tapi alhamdulillah tiap hari habis,' kata si bapak. artinya ia menjual tidak kurang dari delapan puluh hingga delapan puluh lima loyang kue rangi.
berapa yang ia bawa pulang dari hasil berkeliling? 'ya bersih sekitar tiga puluh lima ribuan,' sambungnya. oh, ya, si bapak sebenarnya hanya membawa badan. semua peralatan mulai dari gerobak (sebagian penjual di jakarta menggunakan pikulan), loyang, hingga bahan kue semua disediakan 'bos'nya. si bapak ini tinggal menyetor ke bos. ada beberapa gerobak yang berkeliling depok dengan daerah jualan yang mereka atur bersama hingga terjadi pemerataan. (bandingkan coba dengan mini market yang berjamuran di sepanjang jalan. padahal aturannya jarak antar satu dengan yang lain harus sekian kilometer. kok, para pemodal kuat ini malah sepertinya tidak mengerti peraturan.)
oh, ya, dari mana asalnya kue rangi? betawikah? ah, mari makan kue ranginya dulu mumpung masih hangat. kalau sudah dingin kue rangi malah mengeras.
sejatinya sih makanan kecil ini tidaklah enak-enak amat tapi teteup aja ngangenin. kue rangi berbahan dasar kelapa muda, sagu tani, air dan garam. jangan lupa buat saus (kalau kue pancong pakainya gula pasir) mencampur-aduk-an gula merah, air serta kalo pake irisan nangka matang lebih asyik lagi. tapi jaranglah yang memakai nangka. selain bikin tambah biaya bisa-bisa bikin cepat basi si saus.
meski nampak kering karena memakai bahan dasar yang tanpa pengawet, kue rangi memang rentan basi. kalau dalam satu hari jualan si bapak tidak habis ya artinya dia harus membuang semua bahan itu. 'tapi alhamdulillah tiap hari habis,' kata si bapak. artinya ia menjual tidak kurang dari delapan puluh hingga delapan puluh lima loyang kue rangi.
berapa yang ia bawa pulang dari hasil berkeliling? 'ya bersih sekitar tiga puluh lima ribuan,' sambungnya. oh, ya, si bapak sebenarnya hanya membawa badan. semua peralatan mulai dari gerobak (sebagian penjual di jakarta menggunakan pikulan), loyang, hingga bahan kue semua disediakan 'bos'nya. si bapak ini tinggal menyetor ke bos. ada beberapa gerobak yang berkeliling depok dengan daerah jualan yang mereka atur bersama hingga terjadi pemerataan. (bandingkan coba dengan mini market yang berjamuran di sepanjang jalan. padahal aturannya jarak antar satu dengan yang lain harus sekian kilometer. kok, para pemodal kuat ini malah sepertinya tidak mengerti peraturan.)
oh, ya, dari mana asalnya kue rangi? betawikah? ah, mari makan kue ranginya dulu mumpung masih hangat. kalau sudah dingin kue rangi malah mengeras.