suatu siang di sebuah angkot. penumpang tidak terlalu penuh. seorang bocah yang dipangku oleh ayahnya tiba-tiba setengah teriak:
'cepat pak, cepat jalan, gak usah berhenti,' ujarnya
'yah, kok berhenti sih pak?' sambung si bocah rada ketakutan
angkot pun berhenti. seorang badut yang sedang mengamen kebetulan dekat angkot itu.
spontan penumpang yang lain jadi bertanya-tanya, ada gerangan apa dengan si bocah. jangan-jangan. mungkin. barangkali. usut punya usut, ternyata si bocah sering ditakut-takut-in oleh bapaknya. jadi kalau si bocah ngambek atau melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hati maka si bapak akan bilang: awas tuh ada badut. karena berulang kali dikondisikan seperti itu, otomatis, ketika melihat badut anak itupun langsung ketakutan.
ada juga cara lain untuk menakut-nakut-i yaitu dengan mengatakan: ayo masuk nanti ada orang gila. dan cara-cara lain yang sejenis. sadar tidak sadar. cara seperti ini nampaknya ampuh untuk meredam tingkah laku anak yang di mata ortunya tidak bagus. namun, si anak pun langsung merekamnya dalam benak. syukur alhamdulillah kalau hanya jadi ingatan sesaat. tapi kalau itu jadi trauma yang terus terbawa hingga remaja atau dewasa, sungguh menyedihkan.
anak-anak bagaikan lembaran kertas putih, kalau boleh diumpamakan seperti itu. ditulisi apapun ia takkan menolak. namun sembarangan menulis jadilah ia seperti buku dengan banyak coretan kesalahan.
wallahu'alam bishawab...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)