adalah sebuah tanah kosong bukannya tak bertuan tapi terbengkalai karena tak diurus pemiliknya. tanah berukuran 400an meter ini sudah bagaikan tempat sampah. bangkai tikus tinggal dilempar ke situ. puing bongkaran bangunan juga berlabuh di situ. tanaman liar merambat ke sana-sini. bau aneka bercampur. bagai tak ada yang peduli. lagi pula siapa yang mau menegur atau menjadi satpam untuk menjaga agar tempat itu bersih, sementara pemiliknya saja bergeming.
tak ada yang hirau. tak ada yang ambil pusing. hingga suatu hari datanglah truk bermuatan batu kali. lalu disusul pasir. oh, rupanya datang seorang pemilik modal yang membeli tanah itu. kabar-kabari bertiup. tanah itu akan dijadikan rumah petakan alias sewaan. rencananya adalah delapan pintu. (kalau harga sewa setiap bulan sekitar empat ratus ribuan, silakan kalikan sendiri uang yang didapat :D).
tanah itu pun mulai dibersihkan. bagian tepinya lantas diturap agar tak longsor. dan, karena tanah itu letaknya di bagian atas maka pemodal itu lantas membeli tanah untuk jalan masuk. dua meter lebar tanah kali panjang sekian meter dibayar tunai. tak ada masalah soal ganti-untung. semua senang. semua menang. (tidak seperti berita di koran atau televisi, soal ganti rugi berbuntut kisruh).
pembangunan turap terus berlangsung. berlomba dengan hujan yang mulai turun maka cukup banyak pekerja di situ. tapi, siapa yang dapat melawan alam? saat tanah sudah dipapras dan siap diturap, hujan deras jatuh berderai. tanah merah itu pun meluncur ke bawah. tak dapat dicegah. tak dapat dibelokkan. dan, ketika hujan reda, jadilah bercak-bercak merah menutupi jalan.
bercak-bercak lumpur merah bikin orang menjadi mencak-mencak. maka pagi hari, ketika jalan masih basah sisa hujan, sang pemilik tanah didatangi beberapa orang pemilik rumah yang lokasinya dekat dengan tanah itu. ada debat di situ. tapi tak sampai adu jotos. alhamdulillah wa syukurillah. selesaikah masalah? ya dan harus selesai.
mengapa sih bisa timbul curhatan itu? masalahnya sederhana saja. tak ada komunikasi. antara pembeli dengan pemilik rumah sekitar tak ada 'omong-omong-an'. masing-masing pihak lantas berkilah. pemodal mengatakan, saya sudah ijin sekaligus dengan dua rt. saya juga akan membersihkan dan merapihkan bekas-bekas pekerjaan. saluran air juga akan diperpanjang untuk mencegah air meluap. sementara pemilik rumah mengatakan, mbok ya permisi. kami nggak minta apa-apa kok. cukup bilang sama kami.
andai saja, yah, andai saja, kedua belah pihak mau saling terbuka, tentunya tak akan ada silang-sengketa...