'bu, si fulan sakit,'duh, siang-siang sedang panas-panasnya mentari diajak 'mbezoek. kalo ada pilihan lain mending gak deh. tapi dia kan... tapi dia pernah... akhirnya, keputusannya jenguk deh.
'kita nengok yuk,'
sebelum berangkat, perasaan udah gak enak. jangan-jangan orangnya gak ada nih. sampai di perumahannya harus berputar-putar dulu karena lupa pasnya posisi rumah si fulan. ada tukang beca. bertanya sama si mas becak. ah, tak membantu juga karena petunjuknya terlalu umum. 'ke kiri saja nanti yang dekat warung,' katanya dengan logat medok jawa.
sudahlah kami berputar-putar saja dulu. ada warung di depan (entah inikah warung yang ditunjuk si mas?). ucapkan salam. nah, yang ini malah petunjuknya lebih jelas. si ibu pemilik warung, barangkali ketua er-te, keluar sambil membawa daftar nama warga. jalan lagi mengikuti saran si ibu.
baru saja kami ingin bertanya lagi. eh, rumahnya sudah di depan mata. salam lagi. berkali-kali. dan, benarlah firasat saya. si fulan malah lagi pergi. artinya kan gak sakit berat. lah, wong bisa jalan-jalan kok. nunggu sebentar. baru saja kami mau pergi, eh, fulan datang.
memang kelihatan agak lemas. 'tapi, saya sudah mendingan kok,' katanya. sayapun mengutip postingan di milis bahwa fulan sakit berat hingga harus bed rest. duh, korban milis ini namanya.
mau marah? tak ada guna. wong milis kumpulan para begundal. dimarahin paling pada nyengir doang. ambil hikmahnya saja, ta-e-la, kalo gak jadi 'korban' saya malah gak silaturahim sama si fulan.