Suporter ibarat nyawa bagi tim yang didukungnya. Kehadirannya bisa meningkatkan semangat dan yang tak kalah pentingnya adalah menghasilkan pemasukan bagi tim. Ya, dalam sistem liga profesional tim sepakbola dituntut untuk mendapatkan penghasilan dari dirinya sendiri, tidak lagi mengandalkan anggaran dari pemerintah melalui APBD... Nah, uang tiket dari suporter inilah yang nantinya akan menghidupi anggaran tim sepakbola, selain dari sponsor lain tentunya.
Keberadaan suporter ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi bisa meningkatkan nama klub yang dibela. Di sisi lain, perilaku buruk yang ditunjukkan suporter bisa menghancurkan reputasi dan nama baik tim sepakbola. Ya, sudah bukan rahasia lagi jika kelakuan suporter sepakbola Indonesia masih kampungan. Percekcokan yang berbuntut tawuran anarkis sudah seringkali menjadi warna buruk yang menodai kompetisi dan sportivitas yang dijunjung tinggi. Inilah salah satu faktor mengapa sepakbola Indonesia tidak maju-maju.... Hm....
Tindakan anarkis ini biasanya terjadi tidak hanya saat menyaksikan tim yang didukung kalah. Bahkan saat menang pun tindakan anarkis kerap muncul. Ini disebabkan tensi dan senggolan emosional antar masing-masing suporter yang tak terkendali. Akibatnya mereka meluapkannya lewat adu jotos, lempar batu, merusak stadion, membakar motor dan mobil, menjarah toko, dan lain-lain.
Perlu ada pendekatan dari suporter untuk tidak bersikap anarkis. Ketertiban dan kedamaian tetap harus dijunjung tinggi demi menegakkan sportivitas. Dalam suatu pertandingan pasti ada menang dan kalah. Tinggal bagaimana suporter bersikap untuk memahami arti sesungguhnya dari sebuah pertandingan. It's just a game.... We hope to enjoy it....!
Semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan nanti sore di Gelora 10 November Tambaksari Surabaya antara Persebaya melawan Arema Malang.....