lanjut ah… tapi basa-basi dulu ah… mohon maaf kalau ada yang menunggu-nunggu kelanjutan ceritanya (pe-de aja lagi, meski gak ada yang nunggu :d). dikarenakan ada sesuatu dan lain hal, selama dua mingguan (lebih) saya harus istirahat di rumah dan ‘dibuang sayang…’ pun tak disentuh-sentuh...
bukan maksud saya me-label-kan bahwa hanya kaum perempuan yang suka belanja. kaum adam pun tak kurang yang memiliki kesukaan sama. ada satu teman pria yang sepulang sholat ada saja yang ditentengnya. kalau dihitung dari sholat wajib yang lima kali sehari berarti dia membawa lima kantong plastik kresek. bapak yang satu ini memang perhatian dengan anak-cucunya. kalau dilihat dari barang yang dibeli memang pas dengan pernyataannya.
ngomong-ngomong soal berbelanja ini memang sebuah kenyataan yang harus dihadapi semua jemaah. buat yang suka (dan suka banget) belanja mekah dan madinah memang surganya. betapa tidak! saat pergi atau pulang para jemaah ‘dihadang’ oleh jajaran kios yang memperdagangkan mulai dari makanan, cendera mata, perhiasan, kebutuhan sehari-hari sampai yang (sebenarnya) tidak dibutuhkan atau tidak perlu-perlu amatlah (kecuali ‘lapar mata’ :d).
jadi kalau memang suka belanja siapkan saja lembaran-lembaran riyal yang banyak dan dijamin anda akan kehabisan. koq? kehabisan karena melihatnya dari mata uang arab itu. banyak cendera mata atau barang lain yang harganya ‘hanya’ (dalam kisaran) 1 hingga 5 riyal. terasa atau kelihatan murah kan. padahal kalau dikurs ke rupiah lumayan juga (satu riyal setara dengan dua ribu limaratus rupiah). tapi kalau menghitung-hitung kurs terus ya kita takkan belanja apapun. karenanya belanjalah secara rasional. toh, niat dari awal adalah ibadah kan.
baiklah kita lupakan soal shopping... acara kami di madinah sama saja dengan di mekah. judulnya adalah hotel-mesjid-hotel. sholat lima waktu yang wajib serta sunat ya dilakukan di mesjid. ada juga yang namanya city tour ke tempat-tempat bersejarah sekitar kota mekah dan madinah. tapi ini, bagi saya, hanya sekadar pelengkap saja. kami memang tidak dapat berlama-lama di suatu tempat. lagipula harus berkejaran dengan waktu sholat (terlebih lagi saat di madinah yang sholat wajib berjemaahnya tak boleh ditinggalkan).
‘jadwal tetap’ hotel-mesjid-hotel artinya juga ‘ibadah, makan dan tidur’. kalau meminjam pelesetan seorang teman, kami semua adalah haji ‘tamatu’ alias ‘tangi, mangan, turu’. jelas beda dengan tamattu yang ini. dan, kebanyakan (hampir semua rasanya) jemaah indonesia mengambil haji ini.
bukan maksud saya me-label-kan bahwa hanya kaum perempuan yang suka belanja. kaum adam pun tak kurang yang memiliki kesukaan sama. ada satu teman pria yang sepulang sholat ada saja yang ditentengnya. kalau dihitung dari sholat wajib yang lima kali sehari berarti dia membawa lima kantong plastik kresek. bapak yang satu ini memang perhatian dengan anak-cucunya. kalau dilihat dari barang yang dibeli memang pas dengan pernyataannya.
ngomong-ngomong soal berbelanja ini memang sebuah kenyataan yang harus dihadapi semua jemaah. buat yang suka (dan suka banget) belanja mekah dan madinah memang surganya. betapa tidak! saat pergi atau pulang para jemaah ‘dihadang’ oleh jajaran kios yang memperdagangkan mulai dari makanan, cendera mata, perhiasan, kebutuhan sehari-hari sampai yang (sebenarnya) tidak dibutuhkan atau tidak perlu-perlu amatlah (kecuali ‘lapar mata’ :d).
jadi kalau memang suka belanja siapkan saja lembaran-lembaran riyal yang banyak dan dijamin anda akan kehabisan. koq? kehabisan karena melihatnya dari mata uang arab itu. banyak cendera mata atau barang lain yang harganya ‘hanya’ (dalam kisaran) 1 hingga 5 riyal. terasa atau kelihatan murah kan. padahal kalau dikurs ke rupiah lumayan juga (satu riyal setara dengan dua ribu limaratus rupiah). tapi kalau menghitung-hitung kurs terus ya kita takkan belanja apapun. karenanya belanjalah secara rasional. toh, niat dari awal adalah ibadah kan.
baiklah kita lupakan soal shopping... acara kami di madinah sama saja dengan di mekah. judulnya adalah hotel-mesjid-hotel. sholat lima waktu yang wajib serta sunat ya dilakukan di mesjid. ada juga yang namanya city tour ke tempat-tempat bersejarah sekitar kota mekah dan madinah. tapi ini, bagi saya, hanya sekadar pelengkap saja. kami memang tidak dapat berlama-lama di suatu tempat. lagipula harus berkejaran dengan waktu sholat (terlebih lagi saat di madinah yang sholat wajib berjemaahnya tak boleh ditinggalkan).
‘jadwal tetap’ hotel-mesjid-hotel artinya juga ‘ibadah, makan dan tidur’. kalau meminjam pelesetan seorang teman, kami semua adalah haji ‘tamatu’ alias ‘tangi, mangan, turu’. jelas beda dengan tamattu yang ini. dan, kebanyakan (hampir semua rasanya) jemaah indonesia mengambil haji ini.