akan halnya nama pluit di jakarta utara sana, kita pastinya berpikir nama itu berhubungan dengan peluit seperti digunakan wasit atau polisi. ternyata, tak ada hubungannya ...
Menurut peta Topographish Bureau Batavia (1903), sebutan bagi kawasan ini adalah Fluit. Lengkapnya Fluit Muarabaru. Menurut kamus Belanda Indonesia (Wojowasito), fluit berarti suling, bunyi suling dan roti panjang sempit.yang agak lucu, kalau boleh dikatakan demikian, adalah nama jalan di depok yang dari pertigaan jalan margonda (nah, ini juga gak jelas asal usul namanya :D) menuju ke arah jalan raya bogor. satu jalan utuh itu mempunyai (sedikitnya yang saya ketahui) tiga nama. ada yang menyebutnya jalan sersan aning. tak sedikit yang mengatakan sebagai jalan siliwangi. dan, yang ketiga itu adalah jalan tole iskandar.
Rupanya nama kawasan itu tidak ada hubungannya dengan sulit, atau pluit, semacam pluit wasit sepakbola atau polisi. Ternyata nama kawasan tersebut berasal dari fluit, lengkapnya fluitschip yang berarti kapal (layar) panjang berlunas ramping.
agak mirip dengan jalan itu, ada juga jalan dari pertigaan polsek sukmajaya menuju depok dua tengah timur dalam (ribet yah nyebutnya :D). di awal disebut sebagai jalan kebahagiaan. makin ke arah dalam berganti nama menjadi jalan kejayaan. semakin menuju ke dalam berganti lagi menjadi jalan keadilan raya. entah bagaimana proses dan sejarahnya menjadi seperti itu.
nah, sebagai pamungkas, coba perhatikan gambar di atas. mereka yang pengin turun di sini sama pak supir atau kondektur akan bilang: stoplas kiri bang. mereka tidak akan bilang stop last dengan sebutan dalam bahasa inggris. nama baung juga jarang disebut. ini juga rada-rada aneh, satu jalan punya nama dua. entah mana yang lebih dahulu muncul. sepertinya sih 'stoplas' karena ini yang lebih banyak disebut. sementara 'baung' barangkali ini nama yang belakangan dan resmi seperti ada di sini.
jadi, mau ke jalan baung atau stoplas?...