judul postingan hari ini adalah plesetan resmi dari 'don't judge a book by its cover'. padahal, cover atau sampul merupakan yang pertama kali kita lihat ketika akan membeli buku. apalagi cover buku sekarang juga keren-keren seperti yang terlihat di situs kang harris atau di sini. (tapi itu kan di mancanegara, sergah seorang teman. lho, cover made in indonesia juga gak kalah kok, jawab yang lain! biarkan mereka berdebat ya :d)
sebenarnya ungkapan lama, yang yang tentunya jangan diartikan harfiah adanya ini, saya pinjam untuk menganalogikan cerita seorang teman lama.
sebenarnya ungkapan lama, yang yang tentunya jangan diartikan harfiah adanya ini, saya pinjam untuk menganalogikan cerita seorang teman lama.
alkisah teman satu ini sedang naik angkot untuk pulang ke rumahnya. singkat cerita penuhlah angkot yang ditumpangi. salah dua penumpangnya adalah ibu dan anak gadis dengan bawaan yang lumayan banyak. teman saya yang duduk di sebelah si ibu ikut bersempit-sempit dengan bawaan itu.setiap orang barangkali pernah mengalami ini. saya pun pernah 'menghakimi sebuah buku dengan sekilas melihat sampulnya'. namun, semoga dengan belajar dari cerita teman-teman tadi, saya akan lebih mampu untuk tidak memberikan penilaian apapun manakala melihat seseorang, apalagi orang yang baru pertama kali saya lihat.
semakin dekat ke arah rumah teman itu penumpang semakin berkurang. tak lama naik seorang pemuda yang kelihatan kemayu. dan, duduk dengan pintu masuk. dalam hati teman saya ini berkata: 'gak bakalan deh si kemayu itu ngebantuin si ibu'. ternyata, oh, ternyata dugaan teman saya itu salah total. saat si ibu yang sedang kerepotan dengan barang-barangnya, mas yang kemayu itu malah dengan sigap membantu.
'makanya jangan sok tahu,' kata teman yang lain. 'bukannya sok tahu, elo juga gak bakalan kepikiran deh kalo ngeliat penampilan si mbak, eh, mas yang kemayu itu. gayanya aja manis gitu. tapi, ya, udah ah, pokoknya sekarang gua gak mau sembarangan lagi menghakimi penampilan seseorang.'
lain waktu seorang teman yang lain lagi mempunyai cerita yang mirip. 'halah, manja banget sih mo duduk aja pake minta geser-geser segala,' kata teman itu memulai ceritanya mengenai seorang wanita yang ingin duduk di angkot. setelah wanita itu duduk barulah teman saya sadar bahwa anggapan manja itu salah sama sekali. ia pun beristigfar manakala memperhatikan tangan si wanita. ternyata tangan si mbak ini ada kelainan sehingga menyulitkannya untuk berlaku seperti orang normal umumnya.