Warung Bebas

Selasa, 26 Juli 2011

mos, itu enak dan perlu...

'jumat aku ada briefing mos (masa orientasi studi) bu'
'oke, palingan dikasih tahu apa-apa yang harus dibawa'

ternyata briefing berlanjut. artinya, harus ditindaklanjuti. tugas pertama adalah membuat tas. kalau di sekolah lain, umumnya menggunakan tas berbahan karung terigu atawa karung goni yang tinggal jahit ala kadarnya selesai, si bujang yang masuk di sini harus membuat tas berbentuk baju berbahan dasar kardus. bukan asal bikin pula. dalam briefing disertakan ukuran tas baju (atau, baju tas) itu. artinya pula, harus presisi.

presisi? iyalah. nekad aja kalau bikin asal-asalan (ada kakak senior yang bertugas membawa-bawa mistar untuk melakukan pengukuran). maka, semua (kecuali bapaknya, yang lagi ada urusan lain yang tak mungkin ditinggalkan) berjibaku membuat tas itu. ibu, om dan tante ikut turun tangan. meskipun demikian, aktor utama teteup si bujang. menggaris. memotong. memberikan lem. sampai akhirnya tuntas.

untuk apa sih, tas sebesar gaban yang bisa dimuati anak batita itu? ya, untuk dimuati perlengkapan mos. buku, botol minum (lucunya, botol minum yang berisi air putih diberi label 'flammable liquid'), nama kelompok (berbentuk bunga), name tag, ompreng nasi, quran kecil, diary (berbentuk penyiram bunga, yang juga harus akurat ukurannya), alat tulis, dompet.

repot pastinya membawa dus itu pulang-pergi rumah-sekolah-rumah. selain itu, supir angkot minta bayaran untuk dua orang :D. alhamdulillah, untunglah, ada salah satu siswa yang rumahnya berdekatan dengan sekolah rela iklas dan mau dititipin tas. bukan cuma satu, tapi ya sekelompok alias 32 buah. di sinilah anak-anak itu mulai belajar berbagi. tugas-tugas kelompok langsung dikerjakan bersama. tanpa dikomando, mereka langsung membagi-bagi tugas.

selesai urusan? tunggu dulu. ibu di rumahpun kebagian peran. selesai mos, si bujang segera mengirimkan pesan singkat bahwa besok harus bawa ini dan itu. semacam, menu makan siang adalah capcay atau nasi jelek. tahu nasi jelek? nasi goreng :D nama buahpun disamar-samarkan. tapi alhamdulillah, lewat jarkom semua gak ada yang salah. ditambah pula jus buah. menu makan siangpun menjadi bergizi deh.

dipikir atawa dilihat sepintas, mos ini seperti kurang kerjaan. kayak bikin tas harus presisi atawa ibu yang pontang-panting belanja makanan atau buah tapi dipakainya hanya sedikit. (makanya, ada ortu yang protes, repot-repot beli nugget satu bungkus yang dibawa cuma dua potong. atawa membeli semangka utuh, yang dibawa hanya sepotong kecil.).

tapi, coba kita lihat dari sisi lain. sejak awal memilih ini, semua calon siswa-siswi sudah tahu bahwa sekolah ini bakalan 'repot'. selain dwi bahasa, tugasnya juga banyak. ditambah lagi dengan ekskul. paripurna sudah. nah, apa yang diberikan waktu mos adalah sarana latihan agar para siswa-siswi terbiasa dengan aneka tugas (oh, ya, selama mos, setiap hari mereka harus menulis diary dan membuat karangan). di sini mereka juga belajar membagi waktu dengan efisien. berbagi dengan teman untuk urusan kelompok.

lantas, para ortu yang ikut terlibat? nah, ketahuilah saudara-saudari sebangsa dan setanah air, ikut repotnya para ortu dalam mos haruslah dilihat bahwa pendidikan bukan semata urusan guru/sekolah. ortu di rumah juga harus terlibat. di sekolah urusannya pengetahuan secara formal. sementara di rumah orang tua melengkapi dengan sarana pendukung yang dibutuhkan.

wallahu alam bi shawab...

0 komentar em “mos, itu enak dan perlu...”

Posting Komentar

 

Ganator Blog's Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger