Warung Bebas

Senin, 16 Juni 2008

susahnya jadi orang kecil...

cerita mengenai orang kecil atawa bukan pesohor atawa terkenal atawa ngetop sudah banyak beredar di dunia maya maupun dalam kehidupan keseharian. maksudnya kisah bagaimana orang-orang ini diperlakukan dengan sesuka hati 'oleh orang-orang besar'. adalah pramuwisma paruh waktu di rumah saya yang bercerita dengan ikhlas mengenai rencana pernikahan putranya. saya kutipkan dialognya:
-- bagaimana persiapan nikahnya bu?
++ ya, gitulah... (pasrah, resah, seperti mengeluh)
-- gitu gimana bu...
++ ya... (enggan untuk bercerita)
setelah setengah dipaksa dan dirayu-rayu (halah), barulah si ibu bercerita bahwa untuk mengurus administrasi atau pencatatan pernikahan di kantor urusan agama ia harus mengeluarkan biaya yang jelas-jelas di luar tarif resmi. di tingkat birokrasi paling bawah alias rukun tetangga ia sudah dikenakan tarif sesuka hati. dan, ini jelas sekali tidak bisa ditawar-tawar. aka... kalo lo mau ya segitu, kalo gak ya gak usah kawin.
-- loh, ibu gak protes?
++ yah, orang kecil kayak saya bu. kalau macam-macam nanti malah dikucilin.
pasrah. tak mampu menggugat. inilah yang dialami si ibu. cerita mirip adalah ini.
Berurusan dengan pesohor yang punya akses besar dalam pemberitaan di media massa telah membawa kesulitan tersendiri bagi para petugas ambulans.
betapa karena bukan pesohor alias orang kecil, petugas ambulans harus mengalami sesuatu yang jelas-jelas tak mengenakkan. untungnya, masih ada pesohor yang mau membantu untuk menyuarakan suara mereka.

dari foto di atas ada yang menarik buat saya. coba perhatikan baik-baik yang berkacak pinggang: apa iya karena yang sedang menggelar konperensi pers adalah orang-orang kecil lantas si reporter atau kamerawati itu boleh bertolak pinggang dengan santainya?

ah, itu kan biasa. jangan-jangan hanya saya sendiri yang berlebih-lebihan menilai sebuah foto.

0 komentar em “susahnya jadi orang kecil...”

Posting Komentar

 

Ganator Blog's Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger